Minggu, 15 Februari 2015

Berburu Kebahagiaan


Berburu Kebahagiaan

Sayang, ada beberapa hal penting yang telah lama kupendam, kusimpan, dan kurasa. Ini perihal kita. 

                Sebelumnya aku ingin bertanya, apa ada yang mengganjal di hatimu tentang hubungan kita? Kuharap iya, karena aku pun juga merasakannya. Maaf, aku terlalu terbuka tapi bukannya dalam suatu hubungan harus saling berkata jujur kan? Aku merasa kamu berjalan sendiri menikmati semesta yang sedang memberimu kebahagiaan, apa kamu tidak berniat untuk berbagi denganku? Aku sempat berfikir apa aku bukan salah satu kebahagiaanmu. Entahkah. Aku sudah tidak bisa memahamimu lagi seperti dulu. Kamu terlalu tertutup, kamu mengganggapku seolah-olah tidak ada.
                Sayang, jika pundak ini bisa berbicara mungkin ia akan berteriak sekeras mungkin, aku lelah menjadi tempatmu bersandar. Jika kesepian menyelimuti harimu kamu selallu membawanya ke dalam kehidupanku, merasakan apa yang kamu rasakan lalu, dengan senyum mengembang aku memberimu sebuah kado. Bukan bukan. Bukan gitar yang kamu idam-idamkan, bukan juga jaket baseball atau topi. Aku hanya memberi separuh kebahagiaanku untukmu dengan tulus. Dengan sukses kamu menikmati pemberianku meski kamu lupa mengajakku di sampingmu.
                Kemarin, lagi-lagi pundakku terasa berat. Aku terlalu lelah menopangmu. Kesedihan sedang menjailimu dengan memberi sebuah perasaan gelisah karena pekerjaanmu yang belum juga tuntas dan sedikit bumbu emosi yang diwakili oleh atasanmu. Andai senyumku bisa luntur untuk tidak memberikanmu semangat. Rasanya, aku ingin sekali untuk tidak memperdulikannmu lagi tapi hati ini selalu menolak.ada rasa kelegaan saat kamu berkata pekerjaanmu sudah selesai dan atasanmu puas atas hasil yang kamu beri. Kamu bilang itu berkat aku yang selalu mendampingimu. Aku memang tidak kemana-mana bahkan di saat kesendirianmu aku selalu berada di belakangmu. Ah.. kamu tidak perlu bertanya kapan dan dimana karena aku tau kamu terlalu asyik dengan kebahagiaanmu saja tanpa sadar ada aku sebagai kekasihmu.
                Ku rasa tugasku sudah selesai. Kamu sudah kembali dengan kebahagiaan yang menantimu di sna dan tentunya tidak bersamaku. Ini saatnya aku bertindak, keluar dari kehidupan yang semestinya tidak ku singgahi. Kamu tau kan, allah memberikan kita sebuah perasaan. Apa kamu ingin tau perasaanku? Tidak perlu ku tanya, aku sendiri yang akan beri tau. Aku lelah sayang, aku cape seperti ini, aku sudah tidak bisa menjadi tempatmu bersandar.
                Sayang kumohon, jangan pernah mencoba mencari perempuan yang sama seperti diriku. Kamu tidak mau kan merasakan kekecewaan untuk yang kedua kalinya? Mungkin aku terlalu percaya diri tapi sungguh aku tidak ingin melihat raut kekecewaan jika suatu saat kita diperkenankan untuk bertemu kembali, tentunya dengan status yang berbeda.
                Mungkin ini pesan yang terakhir untukmu. Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, jangan pernah melewatinya, jangan pernah mengijinkan kesedihan masuk ke dalam rongga dadamu karena di saat itu aku tidak akan memberikan kebahagiaanku untukmu. Aku akan berjalan sendiri untuk membuktikan apakah semesta tetap memberikanmu kebahagiaan atau beralih padaku.
 Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu dengan kebahagiaan yang seimbang.
Dari aku, perempuan yang kamu sia-siakan

Bekasi, 23 januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar