Selasa, 24 Februari 2015

surat dari si pejalan kaki yang lalai

teruntuk pengendara yang terhormat..

Kemarin, setibanya aku turun dari angkot dengan sangat lembut kamu memperingatiku dengan klakson andalanmu itu. Seperti yang sudah sudah kamu menyelip di sampingku tanpa permisi. tanpa mengenalmu saja aku sudah tau bahwa kamu mengalami kelelahan yang luar biasa. Entah karena pekerjaanmu yang menyita waktu atau karena memang sifatmu yang seperti itu.

Aku dengan kekagetan yang luar biasa hampir saja menyentuh body motor hitammu. Untunglah aku tidak membuat goresan di motormu. Lalu, kamu meninggalkanku masih dengan degup jantung yang tak beraturan. Padahal sebelum aku turun dari angkot, pak supir udah menepi agar tidak terjadi kemacetan. Tapi, kenapa aku masih mendengar klakson itu?

tidak bisa ku mengerti mengapa kamu menyalip di sisiku? padahal sudah sangat jelas tidak ada kemacetan dan aku pun tidak melihatmu belok ke gang tempat aku turun dari angkot.

Masih bisa ku maklumi, mungkin kamu sedang terburu-buru hingga menggunakan bahu jalan yang seharusnya untuk pejalan kaki. Lain kali, mohon jangan di ulangi lagi. Aku tau semua orang yang berada di jalan ingin cepat-cepat sampai ke tempat tujuan hanya aja mereka bisa lebih bersabar. Semoga kamu bisa belajar sabar sama mereka ya..
Dari aku,
si pejalan kaki yang lalai..

Sabtu, 21 Februari 2015

yukk.. di order (Antologi Pertama)



Antologi pertama

Di sini gue mau posting tentang buku antologi pertama gue. Jadi, ceritanya gue baru banget belajar menulis. Kurang lebih udah 6 bulan gue tekuni seluk buluk dunia kepenulisan. Gue pemulung ilmu dari group ke group, dari profil satu ke profil lain, dari komentar ke komentar lagi, dan dari website ke website yang lain. Banyak pelajaran yang gue dapat. mulai dari belajar EyD, cara menempatkan huruf kapital, cara menggunakan di dan ke.  Memang terlihat mudah, bahkan gue pun berkata seperti itu. Tapi, setelah gue pelajari ternyata nggak semudah yang gue lihat. Sampai sekarang cara penulisan gue masih berantakan.

Di buku ini, muncul satu karya gue yang berhasil lulus untuk di terbitkan. Ini pertama kali karya gue di bukukan setelah gue gagal, gagal dan gagal. Gue ikutan galeri mingguan yang di adakan di group galeri lavira az-zahra (facebook). Seingat gue, gue ikutan nggak cuman satu. Tapi, yang berhasil cuman satu karya di galeri reality. Alhamdulillah banget gue senang akhirnya gue bisa menang.

awalnya gue benar-benar nggak tau kalau ini bakalan di bukukan, gue pikir itu cuman galeri rutin yang diadakan setiap minggunya dengan tema yang berbeda-beda dan yang teraktif dapat pulsa. Ternyata, pas gue dapat pengumuman inspirasi januari yang alhamdulillah ada dua karya gue yang lolos lagi segera di terbitan setelah inspirasi november gue langsung senang pake banget. dan, ini buku antologi pertama gue. Perlu gue ingatkan, ini tidak ada di toko buku jadi, kalau mau beli silahkan hubungi nomor yang tertera di bawah ini , jangan lupa pake formatnya ya.

Judul : Inspirasi November


Copyright © 2015 by Sahabat Lavira
144 hlm; 13 x 19 cm

Editor: Lavira Az-Zahra
Layout: Lavira Az-Zahra
Design: Lavira Az-Zahra
ISBN: 978-602-0937-41-0

Cetakan pertama, Februari 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Penerbit:
Pena House
Jalan KNPI Gg. Cendrawasih,
Bangkle, Blora, Jawa Tengah, 58200.
Phone: 08995718264
Email: azzahra.house834@gmail.com
Website :
www.penahouseagency.blogspot.com

Harga:
37ribu (umum)
33ribu (penulis)

Pemesanan: via sms atau whatsapp ke no 08995718264.
Format: InspirasiNovember_Nama_Alamat lengkap_Jumlah buku yang dipesan.

Kontributor:
GaleriFantasi:
Sketsa Senja_Kazuhana El Ratna Mida
Doa Senja_Cahaya Qolbu
Perempuan Berbalut Senja_Rosi Ochiemuh.
Senja nan Agung_Tri Adnan
Melepasnya_Devi Anugra Pratama
Endless Moment_Dheeya Nim
LamunanSenja Tiana YM
Si Tua Penggila Senja_ EL Malka
Senja Bercerita_Diniyah Hidayati
Kelabu di Langit Senja_Tri Wahyuningsih
Mimpi Senja_Fitra Aulianty
Gelas Pohon_Ardini N. Wijaya
Kala Senja Datang_Lu’lu Ngaqilah
Menyapa senja_Yanuari Purnawan
Jingga di Senja_Hyanggi

GaleriReality:
Putik Cinta Putih_Sofia Hd.
Menantu untuk Ibu_Kazuhana El Ratna Mida/ Ratna Hana Matsura
Seperti Debu_Kurnia Dwi Pertiwi
Pengeras Penghapus Kanker_Diniyah Hidayati
Restu_ Kim Angella Fortune
Sejumput Janji_Rosi.Ocheimuh.
Menanti Rindu_cinta okta
Imam, Jadilah Imamku_Iin SN
Kesedihan di Ujung Penantian_Herlin Maelazufah
Teka teki penantian_Viene Revantie
Tidak Ada Yang Sia-sia_Winda Husni

Galeri Motivasi:
Iin SN
Ardini N. Wijaya
Alif Rofik Annaba
Ivani Febiningtyas
Sofia Hd
Oksa Putra YuZa
Adie Alamsyah
Annisa Azzahra
Elvis Regen
Anggi Anggi Putri W
Nurmasari
Nurul Istiqomah
Abu-Abu Kelam
Indri Listya Rahman
Marita Rahayu
Arjun Abijavierth
Michael Bram Febrian
Kim Angella Fortune
Sweety Smile
Akhnan Kara Al Na'ir
Herlin Maelazufah
Leonardo Syirazhe
Nur Azizah
Cahaya Qolbu
Purnama Beny
Winda Husni
Ratu Nur Asiah
Pradika Putri
Jayanti Ayu Lestari
Diniyah Hidayati
AD. Rusmianto

Galeri Diksi:
Anggi Putri _Mimpi di Gigir Langit
Kim Angella Fortune_Langit Sentani
Kazuhana El Ratna Mida_Langit Kelabu
Nur Azizah_Keagungan-Nya
Wulandari Nurfitriani_ Atap Dunia
Michael Bram Febrian_ Langit Menangis
Ardini N. Wijaya_Ke-7
Sindi Violinda_Sandaran Khayal
Adinda Zetya Salsabila_Langit mimpi
Sofia Hd_Mi'raj
Ade Candra_Wajah Langit Pagi
Umul khoiriyah_Laksana
Sulis Setiyorini_Di Bawah Langit Rantau
Adie Alamsyah_Langitku gelap
Herlin Maelazufah_Asa di Kaki Langit
Endah Susanti Wulandari_Negeri Awan
Alif Rofik Annaba _ Diatas langit ada Cinta
Cinta Okta_Langitpun bicara
Akhnan Kara Al Na'ir_Sayang, Langitku Malang
Indri Listya Rahman_Langit Malam-Mu
Nastain Achmad Attabani_Dan Langit Itu
Afza Yara Al-Kahfi_Langit 21.21
Alfaizah_Batas waktu
Mar'atusSholihah_Berkawan Langit
Triena Aksara_Begitu Besar Kuasa-Nya
Qona'ah Noviati_Langit Jingga dan Rindu
Jayanti Ayu Lestari_Sejuta Harapan
Winda Husni_Cerita Langit


Jangan lupa di beli ya, semoga bisa menginspirasikan kalian karya dari teman-teman penulis lainnya.
Oh iya, gue nerima tamparan dari kalian, kalau mau kasih kritik dan saran pedas silahkan email gue di kurniadwipertiwi1@gmail.com

terima kasih..

Kamis, 19 Februari 2015

Bapak Paruh Baya



            Siang ini, matahari sedang beristirahat menjalankan tugasnya bergantian dengan awan yang membawa gumpalan air. Siap dijatuhkan ke bumi. Aku terduduk di halte, menunggu bus yang mengantarkanku pulang ke rumah. 

            Di sebrang sana aku melihat Bapak separuh baya dengan kaki yang menjulang ke depan pertanda ia sedang istirahat. Di samping kanannya terdapat tongkat yang bertugas memapahkan tubuhnya. Aku mengadahkan kepala, tanganku ku angkat setara dengan bahu. ‘Gerimis’ gumamku. Ku alihkan lagi pandanganku pada bapak separuh baya itu. Air hujan semakin membasahi tubuhku tapi bapak separuh baya itu tidak ada tanda-tanda berniat untuk berteduh.

            Dengan perasaan iba aku menerobos jalanan yang sudah basah, menghampiri bapak paruh baya itu dan melupakan tujuan awalku untuk pulang. Aku berjongkok di hadapannya dengan keadaan tubuh kami yang sudah basah kuyup dengan air hujan. Aku lupa membawa payung padahal aku tau cuaca sedang tidak baik.

“Kenapa Bapak tidak berteduh?” tanyaku pada Bapak paruh baya itu.

“Saya lelah dek, perjalanan yang Bapak tempuh lumayan jauh. Tubuh Bapak tidak cukup mengeluarkan energi lagi” ujar Bapak paruh baya itu dengan bibir yang bergetar.

“Bapak sendirian? anak atau istri Bapak mana?” tanyaku sambil celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin kenal dengan Bapak ini.

“Iya dek. Istri saya meninggal setelah kecelakaan menimpa kami dan anak saya ia pergi tak tau kemana setelah rumah kami disita oleh bank” ucapnya lirih. Aku tau Bapak paruh baya ini menyimpan banyak beban.

“Ayo pak saya bantu berdiri, kita berteduh di halte.“ ajakku yang langsung dapat anggukan dari Bapak paruh baya itu.

            Aku jadi teringat ketika aku berumur 8 tahun Ayahku telah menghembuskan nafas terakhirnya. Aku heran anak mana yang tega melantarkan bapaknya seperti ini? sepertinya tuhan mengirimkan bapak ini sebagai pengganti Ayah karena aku belum sempat merawat masa tuanya.

THE END.

(Bekasi, 15 oktober 2014)

Minggu, 15 Februari 2015

Berburu Kebahagiaan


Berburu Kebahagiaan

Sayang, ada beberapa hal penting yang telah lama kupendam, kusimpan, dan kurasa. Ini perihal kita. 

                Sebelumnya aku ingin bertanya, apa ada yang mengganjal di hatimu tentang hubungan kita? Kuharap iya, karena aku pun juga merasakannya. Maaf, aku terlalu terbuka tapi bukannya dalam suatu hubungan harus saling berkata jujur kan? Aku merasa kamu berjalan sendiri menikmati semesta yang sedang memberimu kebahagiaan, apa kamu tidak berniat untuk berbagi denganku? Aku sempat berfikir apa aku bukan salah satu kebahagiaanmu. Entahkah. Aku sudah tidak bisa memahamimu lagi seperti dulu. Kamu terlalu tertutup, kamu mengganggapku seolah-olah tidak ada.
                Sayang, jika pundak ini bisa berbicara mungkin ia akan berteriak sekeras mungkin, aku lelah menjadi tempatmu bersandar. Jika kesepian menyelimuti harimu kamu selallu membawanya ke dalam kehidupanku, merasakan apa yang kamu rasakan lalu, dengan senyum mengembang aku memberimu sebuah kado. Bukan bukan. Bukan gitar yang kamu idam-idamkan, bukan juga jaket baseball atau topi. Aku hanya memberi separuh kebahagiaanku untukmu dengan tulus. Dengan sukses kamu menikmati pemberianku meski kamu lupa mengajakku di sampingmu.
                Kemarin, lagi-lagi pundakku terasa berat. Aku terlalu lelah menopangmu. Kesedihan sedang menjailimu dengan memberi sebuah perasaan gelisah karena pekerjaanmu yang belum juga tuntas dan sedikit bumbu emosi yang diwakili oleh atasanmu. Andai senyumku bisa luntur untuk tidak memberikanmu semangat. Rasanya, aku ingin sekali untuk tidak memperdulikannmu lagi tapi hati ini selalu menolak.ada rasa kelegaan saat kamu berkata pekerjaanmu sudah selesai dan atasanmu puas atas hasil yang kamu beri. Kamu bilang itu berkat aku yang selalu mendampingimu. Aku memang tidak kemana-mana bahkan di saat kesendirianmu aku selalu berada di belakangmu. Ah.. kamu tidak perlu bertanya kapan dan dimana karena aku tau kamu terlalu asyik dengan kebahagiaanmu saja tanpa sadar ada aku sebagai kekasihmu.
                Ku rasa tugasku sudah selesai. Kamu sudah kembali dengan kebahagiaan yang menantimu di sna dan tentunya tidak bersamaku. Ini saatnya aku bertindak, keluar dari kehidupan yang semestinya tidak ku singgahi. Kamu tau kan, allah memberikan kita sebuah perasaan. Apa kamu ingin tau perasaanku? Tidak perlu ku tanya, aku sendiri yang akan beri tau. Aku lelah sayang, aku cape seperti ini, aku sudah tidak bisa menjadi tempatmu bersandar.
                Sayang kumohon, jangan pernah mencoba mencari perempuan yang sama seperti diriku. Kamu tidak mau kan merasakan kekecewaan untuk yang kedua kalinya? Mungkin aku terlalu percaya diri tapi sungguh aku tidak ingin melihat raut kekecewaan jika suatu saat kita diperkenankan untuk bertemu kembali, tentunya dengan status yang berbeda.
                Mungkin ini pesan yang terakhir untukmu. Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, jangan pernah melewatinya, jangan pernah mengijinkan kesedihan masuk ke dalam rongga dadamu karena di saat itu aku tidak akan memberikan kebahagiaanku untukmu. Aku akan berjalan sendiri untuk membuktikan apakah semesta tetap memberikanmu kebahagiaan atau beralih padaku.
 Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu dengan kebahagiaan yang seimbang.
Dari aku, perempuan yang kamu sia-siakan

Bekasi, 23 januari 2015

Sabtu, 14 Februari 2015

Berkelana Naik Busway



Berkelana Naik Busway
Oleh: Kurnia Dwi Pertiwi
            Setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya liburan telah tiba. Aku berkumpul bersama teman-teman SMP dulu, membicarakan tentang liburan kali ini. Setelah menjelajahi google akhirnya kami pun menemukan tempat untuk liburan yaitu Taman topi letaknya di Bogor. Untuk menghindari kemacetan sebelum tahun baru, maka keputusan jatuh pada hari Senin, 29 Desember 2014.
***
            Hari yang dinanti pun tiba. Sebelumnya kami sepakat berkumpul jam 07.00 WIB, mengingat perjalanan yang lumayan jauh. Jam ditangan kiriku sudah menunjukkan pukul 07.30 tetapi, temanku yang bernama Elisa belum juga menampakkan wajahnya. Kami panik, berulang kali mencoba menghubunginya tapi yang terdengar hanyalah suara nada sambung. Hingga pukul 08.30 WIB Elisa baru sampai di tempat kami berkumpul dan dengan sia nafas yang ada, Elisa berkata : "Maaf ya, gue telat bangun!"
            Kami pun berfikir, kalau kami tetap berangkat ke Bogor pasti pulang malam. Ide cermelang terlintas difikiran Tiara "bagaimana kalau kita ke BonBin aja?" BonBin itu singkatan dari keBON BINatang mungkin lebih dikenal dengan sebutan Ragunan, tanpa berfikir panjang kami pun mengangguki usulan Tiara.
            Kali ini kami menggunakan jasa busway selain murah, busway ini berhenti tepat di depan BonBin. Sebelumnya, kami harus transit di Dukuh atas, lagi asyik-asyiknya nunggu busway temanku yang bernama Mpit memberi tau, kalau dia dengar penjaga busway bilang kalau hari Senin BonBin tutup. Lantas kami kaget, kami mencoba berfikir positif mana mungkin liburan kaya gini malah tutup.
            Keluar dari Halte kami disambut dengan perut yang meronta-ronta minta diberi asupan, mengingat sudah pukul 12.30 WIB. Setelah memberi gizi, kami pun mulai mencari loket dan yang dilihat hanyalah sebuah spanduk dengan bacaan,
BUKA : HARI SELASA s/d MINGGU.
            Seketika itu kami langsung lemas, tak mau buang-buang waktu kami memutuskan untuk ke Monas berhubung sejak lahir hingga sekarang Elisa belum pernah ke Monas maka, dengan senang hati kami mengantarkannya.
                Top of Form
Sesampainya di pembelian tiket busway, tak lupa kami bertanya jalur menuju Monas, lagi lagi kami harus transit di Dukuh Atas lalu, menaiki jembatan penyebrangan. Keadaan busway sangat ramai, mungkin karena yang lain juga tidak tau kalau BonBin tidak buka jadi, mereka ikut memutuskan pergi ke Monas. Kugantungkan tangan untuk menjaga keseimbangan, kota Jakarta nampak ramai wajar saja liburan seperti ini banyak sekali yang memanfaatkan waktu hanya untuk jalan-jalan bersama keluarga, saudara maupun teman lama.

             Entah kesialan apa lagi ini, ketika Monas sudah nampak dan kami pun hampir sampai, Tiara melihat sesuatu yang tidak beres "Itu kok kaya ditutup ya ?" gumamnya. Karena mataku minus maka, kuabaikan saja ucapannya.

                Sampai! Kami sampai ke tempat tujuan dengan pagar dalam kondisi ditutup. Cobaan apa lagi ini ? Kami mencoba tetap semangat, meski hanya beristirahat dibawah pohon rindang. Tak lupa juga berfoto-foto ria, senyuman terbaik kami pancarkan ke kamera meski wajah kami sudah kusam. Tiba-tiba seorang bapak-bapak memberi tahu kalau pagarnya sudah dibuka. Kontan kami bersorak gembira, sepertinya keberuntungan masih ada pada kami setidaknya masih punya waktu 1 jam lagi untuk mengambil gambar di Monas.

                Pukul 16.00 WIB kami memutuskan untuk pulang, kali ini kami tidak perlu transit ke Dukuh atas jadi langsung ke Pulo Gadung baru kami akan transit menuju Harapan Indah, Bekasi. Hanya memakan waktu 1 jam kami sampai di Pulo Gadung lalu, kami menunggu busway yang ke Harapan Indah. Halte Harapan Indah ini baru dibuka jadi buswaynya masih sedikit yang beroperasi.

                Sejam lamanya kami menunggu akhirnya busway yang dinanti datang juga, kali ini jauh lebih ramai dari busway yang kami naikin sebelum-sebelumnya. Desak-desakan, panas, belum lagi kami harus berdiri karena tidak mendapatkan kursi penumpang. Hari sudah mulai gelap tapi, kami belum juga sampai. Jalanan sangatlah padat. Banyak kendaraan beroda dua maupun empat berlomba-lomba untuk cepat sampai tujuan.
Kami seperti berkelana naik busway. Melihat-
melihat gedung pencakar langit, melihat ramainya kendaraan beroda empat maupun beroda dua, menikmati rasanya desak-desak di dalam busway, menikmati indahnya perjalanan di malam hari.

                Kini aku mengerti, yang menentukan sukses atau tidaknya liburan kali ini bukanlah tempat-tempat yang kami kunjungi tetapi, bersama siapa kami berkunjung. Dari kami yang tidak jadi ke Taman topi, ke BonBin hanya untuk makan siang, bersandar di bawah pohon rindang untuk melepas lelah. Semua terasa nikmat bersama orang-orang yang kusayangi. Kebersamaan yang kami bangun selama 5 tahun ini tidak sia-sia, kami tetap kompak meski sudah berbeda sekolah, sifat kepeduliaan antara kami masih tetap utuh. Kami selalu bertukar tempat jika salah satunya mendapatkan tempat duduk, kami juga lebih memilih berdiri untuk diduduki anak kecil atau ibu-ibu meski kami sudah mendapatkan tempat duduk.

                Hingga tidak terasa, aku sudah seharian menghabiskan waktu bersamanya, terima kasih karena liburan ini sudah memberikan kenangan jika kita menua nanti dan kelak kita akan membuat kenangan yang lebih berkesan daripada ini.
Jadi, tunggu kami berkelana lagi ya..