Berburu
Kebahagiaan
Sayang, ada beberapa hal penting
yang telah lama kupendam, kusimpan, dan kurasa. Ini perihal kita.
Sebelumnya
aku ingin bertanya, apa ada yang mengganjal di hatimu tentang hubungan kita?
Kuharap iya, karena aku pun juga merasakannya. Maaf, aku terlalu terbuka tapi
bukannya dalam suatu hubungan harus saling berkata jujur kan? Aku merasa kamu
berjalan sendiri menikmati semesta yang sedang memberimu kebahagiaan, apa kamu
tidak berniat untuk berbagi denganku? Aku sempat berfikir apa aku bukan salah
satu kebahagiaanmu. Entahkah. Aku sudah tidak bisa memahamimu lagi seperti
dulu. Kamu terlalu tertutup, kamu mengganggapku seolah-olah tidak ada.
Sayang,
jika pundak ini bisa berbicara mungkin ia akan berteriak sekeras mungkin, aku
lelah menjadi tempatmu bersandar. Jika kesepian menyelimuti harimu kamu selallu
membawanya ke dalam kehidupanku, merasakan apa yang kamu rasakan lalu, dengan
senyum mengembang aku memberimu sebuah kado. Bukan bukan. Bukan gitar yang kamu
idam-idamkan, bukan juga jaket baseball atau topi. Aku hanya memberi separuh
kebahagiaanku untukmu dengan tulus. Dengan sukses kamu menikmati pemberianku
meski kamu lupa mengajakku di sampingmu.
Kemarin,
lagi-lagi pundakku terasa berat. Aku terlalu lelah menopangmu. Kesedihan sedang
menjailimu dengan memberi sebuah perasaan gelisah karena pekerjaanmu yang belum
juga tuntas dan sedikit bumbu emosi yang diwakili oleh atasanmu. Andai senyumku
bisa luntur untuk tidak memberikanmu semangat. Rasanya, aku ingin sekali untuk
tidak memperdulikannmu lagi tapi hati ini selalu menolak.ada rasa kelegaan saat
kamu berkata pekerjaanmu sudah selesai dan atasanmu puas atas hasil yang kamu
beri. Kamu bilang itu berkat aku yang selalu mendampingimu. Aku memang tidak
kemana-mana bahkan di saat kesendirianmu aku selalu berada di belakangmu. Ah..
kamu tidak perlu bertanya kapan dan dimana karena aku tau kamu terlalu asyik
dengan kebahagiaanmu saja tanpa sadar ada aku sebagai kekasihmu.
Ku
rasa tugasku sudah selesai. Kamu sudah kembali dengan kebahagiaan yang
menantimu di sna dan tentunya tidak bersamaku. Ini saatnya aku bertindak,
keluar dari kehidupan yang semestinya tidak ku singgahi. Kamu tau kan, allah
memberikan kita sebuah perasaan. Apa kamu ingin tau perasaanku? Tidak perlu ku
tanya, aku sendiri yang akan beri tau. Aku lelah sayang, aku cape seperti ini,
aku sudah tidak bisa menjadi tempatmu bersandar.
Sayang
kumohon, jangan pernah mencoba mencari perempuan yang sama seperti diriku. Kamu
tidak mau kan merasakan kekecewaan untuk yang kedua kalinya? Mungkin aku
terlalu percaya diri tapi sungguh aku tidak ingin melihat raut kekecewaan jika
suatu saat kita diperkenankan untuk bertemu kembali, tentunya dengan status
yang berbeda.
Mungkin
ini pesan yang terakhir untukmu. Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan,
jangan pernah melewatinya, jangan pernah mengijinkan kesedihan masuk ke dalam
rongga dadamu karena di saat itu aku tidak akan memberikan kebahagiaanku
untukmu. Aku akan berjalan sendiri untuk membuktikan apakah semesta tetap
memberikanmu kebahagiaan atau beralih padaku.
Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu dengan
kebahagiaan yang seimbang.
Dari aku, perempuan yang kamu
sia-siakan
Bekasi, 23 januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar